Gumuk sudah seharusnya mulai
diperhatikan khususnya oleh masyarakat Jember. Sebuah gundukan kecil
mirip gunung dengan kandungan bahan galian C ini, tergolong bentukan
fenomena alam yang sangat langka dan cenderung unik. Sayangnya
pemanfaatan lahan gumuk dalam bentuk eksploitasi lingkungan terjadi
sejak sekitar tahun 1990. Semakin lama
jumlah gumuk berkurang, dari sekitar 1500, kini hanya tersisa 600
gumuk, seperti yang terungkap dari acara #SaveGumuk (28/09) yang
diadakan sebuah gumuk yang dieksploitasi di kompleks perumahan Gunung Batu Jember, jl. Karimata Jember.
Menurut
Dian Teguh Wahyu Hidayat, yang mewakili puluhan organisasi, lembaga,
komunitas dan individu yang tergabung dalam gerakan #SaveGumuk ini
menjelaskan bahwa predikat langka gumuk lebih karena pembentukan tekstur
gumuk di wilayah Jember yang diyakini berasal dari letusan masif gunung
Raung. Aliran lava dan material vulkanik membentuk lapisan dan
mengendap selama ribuan tahun yang akhirnya membentuk ribuan gumuk yang
tersebar di Kabupaten Jember. “Jika melihat identifikasi tipografi, ternyata di seluruh dunia ini, gumuk hanya ada di tiga tempat, di Indonesia dan Jepang. Sementara di Indonesia
ada dua tempat, di Tasikmalaya dan Jember. Berbeda dengan Jember, ada
beberapa sumber yang menyatakan keberadaan gumuk di Tasikmalaya sudah
sulit ditemukan, karena eksploitasi yang berlebih di sana,” jelas Teguh.
Selain itu gumuk memiliki fungsi penopang ekosistem dan iklim yang khas sehingga membentuk ekosistem pertanian di Kabupaten Jember.
“Fungsi gumuk di Jember ini turut berperan membentuk iklim yang khas di
Jember. Iklim ini sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian
masyarakat Jember. Tak heran jika Jember pernah dianggap sebagai lumbung
pangan nasional oleh Nawiyanto, Sejarawan Jember,” jelas Teguh.
Kepedulian terhadap gumuk kian lama
makin pudar. Serentetan persoalan-persoalan terkait gumuk datang dari
berbagai macam hal. Mulai kesadaran masyarakat, kebijakan pemerintah,
sampai pada status gumuk sebagai milik privat yang akhirnya juga
mengarah pada permasalahan ekonomi pemilik gumuk. Sehingga sampai
sekarang penambangan gumuk terus berlangsung dan tidak ada yang mampu
mencegahnya. “Hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan gumuk-gumuk
di Jember adalah milik perseorangan. Jika terjadi ekspolitasi maka
seluruh masyarakat Jember akan menanggung dampaknya. Maka dari itu ada
upaya dari gerakan #SaveGumuk ini untuk berperan aktif memikirkan masa
depan gumuk di Kabupaten Jember ini,” Jelasnya lagi.
Inisiatif
jalinan solidaritas ini memilih nama #SaveGumuk sebagai ikon kegiatan.
merupakan suatu jalinan kepedulian kolektif dari berbagai macam
komunitas di Jember. #SaveGumuk merupakan rangkaian kegiatan antara
lain, Accoustic Performance. menampilkan The Penkors, From This Accident, Tamasya, Pispot, Gudang Production. Juga Pembacaan puisi serta
cangkruk’an dan pengumpulan koin untuk gumuk. ini merupakan inisiatif
pengumpulan donasi untuk membeli gumuk untuk dilestarikan ini sudah ada
sejak lama didengungkan
oleh aktivis lingkungan dan Pecinta Alam di Jember. Selain itu juga
diadakan penjualan kaos #SaveGumuk, pengumpulan botol kosong, serta petisi solidaritas #SaveGumuk yang dilakukan puluhan undangan yang memenuhi lokasi acara #SaveGumuk. Teguh juga menyampaikan publik bisa memantau aktivitas #SaveGumuk lewat akun twitter @persma_jember dengan hastag #SaveGumuk. (ias)
terimakasih kepada semua pihak yang mendukung seperti :
Perhimpunan Pers Mahasiswa (PPMI) Kota Jember, Cangkruk Lewat Botol Kosong (CLBK), Keluarga Tamasya, Young Gun Veins (YGV), Sekolah Bermain, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pertanian Plantarum, LPM Sastra Ideas, LPM Manifest, LPM Mipa Alpha, LPM UMJ Aktualita, Unit Pers Mahasiswa (UPM) STAIN Millenium, LPM Fisip Prima, LPM Ekonomi Ecpose, Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa (UKPKM) Tegalboto, LPM Poltek Explant, Media Online titik0km.com, UKM Seni Kurusetra, Akademi Berbagi (Akber) Jember, Rumah Baca Tikungan Jember, UKM Dewan Kesenian Kampus (DKK), Vandal Jepit,
Komunitas Pecinta Seni (Kompeni) Jember, @mahasiswajember, Kedai Gubug,
Macapat Cafe, Warung Kopi Cak Wang, @InfoJember @jember0km
Tidak ada komentar:
Posting Komentar