Gumuk merupakan sebuah gundukan tanah yang menyerupai
bukit namun volumenya lebih kecil dari gunung. Dulu Jember mendapat julukan
sebagai ‘kota seribu gumuk’. Akan tetapi secara perlahan ribuan gumuk itu
hilang satu-persatu. Ternyata kerusakan lingkungan tersebut menarik simpati
dari para komunitas, organisasi, dan band untuk bergabung dalam kegiatan malam
donasi ‘Save Gumuk’.
Save Gumuk merupakan suatu jalinan kepedulian kolektif
dari berbagai macam komunitas di Jember. Kegiatan yang dimotori oleh
Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Jember atau Pers Mahasiswa
(Persma) Jember ini berlangsung pada Sabtu Malam (28/9) di Gumuk Gunung Batu,
Jember, Jatim. Kemudian mereka bekerjasama dengan Sekolah Bermain, Cangkruk
Lewat Botol Kosong, dan Young Gun Veins untuk mengembangkan konsep save gumuk.
Setelah itu perlahan komunitas-komunitas yang lain mulai berdatangan untuk
membantu kegiatan bertajuk ‘Seribu Rupiah Untuk Seribu Gumuk’ tersebut.
Menurut Nurmaida, Ketua Pelaksana Kegiatan Save Gumuk,
“Acara ini sebenarnya sederhana. Kami tak berpikir muluk-muluk untuk membeli
gumuk. Tapi acara ini adalah langkah awal kita untuk mempersatukan antara UKM,
LPM, komunitas se-Jember, dan semua lapisan masyarakat untuk sama sama menjaga
kelestarian gumuk,” jelasnya. Ia juga menambahkan Semoga setelah adanya acara
ini, banyak mahasiswa dari beragam fakultas maupun universitas yang melakukan
penelitian terhadap gumuk.
Dalam sambutannya, Nurul Priyantari, S.Si, M.Si,
Pembantu Dekan III Fakultas MIPA Universitas Jember (UJ), sangat menghargai
kegiatan semacam ini, “Di tengah berita yang semakin marak tentang kenakalan
remaja, di sini kita bisa sangat terhibur dengan kepedulian kalian terhadap
alam. Sebagai generasi muda tentunya harus punya kepedulian terhadap alam. Saya
sangat mengapresiasi sekali acara ini,” ujarnya. Nurul juga menambahkan
harapannya agar acara semacam ini ditindaklanjuti dengan kegiatan lain yang
lebih serius.
Gumuk Gunung Batu merupakan salah satu gumuk di Jember
yang kondisinya memprihatinkan. Gumuk tersebut sudah tinggal separuh, sedangkan
bagian yang lainnya sudah habis dieksploitasi. Dalam kegiatan save gumuk,
pemandangan alam yang setengah rusak tersebut dijadikan sebagai background
panggung. Selain itu gumuk dihiasi dengan banyak obor dan para pengunjung yang
datang diharuskan melalui rute yang disediakan oleh panitia, yaitu melewati
gumuk terlebih dahulu sebelum menuju lokasi kegiatan.
Beberapa personil band indie Jember yang hadir dan
ikut mengisi acara save gumuk mengungkapkan keluh kesahnya terkait kondisi
lingkungan alamnya. “Kita tahu kondisi gumuk di Jember salah satunya seperti
yang ada di belakang kita saat ini. Acara ini setidaknya membuat kita sadar bahwa
ada hal yang sangat kritis,” ungkap Dion, Vokalis Black Dog. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Alex Gunawan, Vokalis The Penkors, “Sangat besar peran gumuk
bagi masyarakat, dan sangat masuk akal sekali jika kita harus menjaga
keberadaan gumuk agar jumlahnya tidak semakin berkurang. Tetap pelihara gumuk
yang tersisa. Semoga lebih banyak lagi yang mencintai gumuk-gumuk yang masih
tersisa,” ujarnya.
Acara save gumuk ini berisi Acoustic Band Performance,
Pembacaan Puisi, Pertunjukkan Tari Kedok Putih, Cangkruk’an, Pengumpulan Koin
Untuk Gumuk, Pengumpulan Botol Kosong, Aksi Tanda Tangan Solidaritas Save
Gumuk, dan Live Art Performing. Accoustic Band Performance diisi oleh penampilan
band indie Jember beberapa di antaranya yaitu, The Penkors, Black Dog, From
This Accident, Pispot, Gudang Production, dan Tamasya.
Sedangkan pembacaan puisi oleh dua penyair muda Jember
yaitu Halim Bahriz dan Abdul Gani, menjadi suatu momentum perenungan. Oleh
karena itu pembacaan puisi berniat mengajak para pengunjung merenungkan seputar
hasrat manusia untuk merusak ekosistem alam. “Takdir harus dirumuskan, Di sana
kita lahir dan menemukan diri sebagai manusia,” sepenggal syair yang dibacakan
oleh Abdul Ghani. Kemudian Tari Kedok Putih dipersembahkan oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa Seni Kurusetra, Fakultas Ekonomi, UJ.
Live art performing merupakan penampilan para pegiat
street art Jember di lokasi kegiatan. Dengan bermodalkan cat semprot, para
seniman muda tersebut menunjukkan kebolehannya dalam menorehkan cat di atas
vynil. Diantaranya Fiky Old Skull Hart Kore (OSHK), Dullboy OHSK,
Asgar Fucking My Name (FMN), Mubin Tuban Rest, Nizar Everything of Art (EVA),
Jejaring para artis street art lokal Jember tersebut bergabung dan menggambar
bersama di lokasi kegiatan.
Selain itu ada rangkaian acara pengumpulan koin untuk
gumuk yang menjadi inti acara save gumuk. Inisasi pengumpulan donasi untuk
membeli gumuk ini sudah ada sejak lama oleh beberapa orang pecinta alam di
Jember. Mereka berkeinginan untuk merubah status gumuk sebagai kepemilikan pribadi
menjadi milik bersama. Oleh karena itu kami berniat mendukung rencana membeli
gumuk dengan cara mengumpulkan donasi.
Sebelum kegiatan ini berlangsung, panitia sudah
menyebar kotak donasi di beberapa titik. Teknis dan penjagaan kotak donasi dibantu
jejaring organisasi maupun komunitas di Jember. Kemudian ketika acara
berlangsung, kotak-kotak donasi tersebut dikumpulkan untuk kemudian dijumlah
hasil donasinya. Berdasarkan hasil hitungan sementara di akhir acara, Rp
3.085.050 hasil donasi yang berhasil dihimpun dari kotak donasi dan penjualan
kaos #SaveGumuk. [Dieqy Hasbi Widhana]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar